4 Oktober 2011,
Aku
duduk bersimpuh berselimutkan mukena beralaskan karpet Turki yang empuk
dan hangat. Kunikmati kemegahan bangunnanya, kebersihannya dan ku hirup
sejuknya udara di dalam Rumah Allah ini, kurasakan ketenangan jiwa
setelah keluar dari penatnya urusan dunia. Di sini aku ingin menempa
jiwaku bersama para pembimbing spiritual yang mengagumkan bagiku. Aku
ingin menjadi jiwa yang tenang, agar Tuhan memanggilku dengan mesra "
Yaa ayyatuhannafshul muthmainnah, irji'ii ilaa robbiki roodhiyatan mardhiyyah, fad khulii fii "ibaadii, wad khulii jannatii".
Ku
matikan hape ku agar tidak ada bunyi tuiingg....., blukutuk, plug-plug
atau bahkan lagu. aku tidak ingin apapun menggangguku saat ini, apalagi urusan
tadi siang yang telah menyita waktuku kurang lebih 9 jam sampai aku
harus mencari celah-celah waktu saat panggilan Tuhanku datang. Sekarang saatnya aku hadapkan segenap jiwaku.
Prof.
Ali Musthofa Ya'qub, seorang ulama besar ahli Hadist dan Imam Besar Masjid Istiqlal sedang menyampaikan
ceramahnya.
*Sejak Haji diwajibkan, Rosululloh Muhammad Saw hanya haji 1x yang kemudian kita kenal dengan Haji Wada', dan umroh
hanya sebanyak 3x, padahal beliau punya banyak kesempatan untuk
berkali-kali melakukan haji dan/atau umroh. Sementara kita? Rasanya
kalau Allah memberikan rejeki maunya berangkat haji setiap tahun dan umroh
setiap bulan.
Obsesi kita untuk pergi haji dan umroh terkadang sering
melupakan ibadah sosial kita. Kita lupa bahwa disekeliling kita masih
banyak yang tidak mampu yang membutuhkan pertolongan, ada
orang-orang tua yang lapar tidak sanggup lagi berkarya sementara anak
mereka entah kemana, anak-anak yatim yang butuh makan, yang tidak mampu
membayar biaya pendidikan, masih banyak saudara yang tinggal di
tempat yang tidak layak, semua butuh pertolongan.
Ada yang perlu kita tahu, bahwa setan menggoda manusia disesuaikan dengan objek yang digodanya.
Setan bukan hanya menyuruh manusia untuk mencuri, berzina, korupsi atau
kemaksiatan lain. Setidaknya hal ini pernah terjadi pada seorang sahabat
Rosullullah yaitu Abu Hurairah ("AH").
*Pada suatu malam AH
mendapati serorang pencuri mendatangi rumahnya, setelah ditangkap
pencuri itu mengiba-iba agar dilepaskan dengan alasan dirinya
mencuri karena terpaksa, belum makan dan sejumlah alasan lain.
Kejadian ini beliau laporkan pada Rosulullah, dan Rosullullah mengatakan
bahwa nanti malam pencuri itu pasti datang lagi, dan meminta AH untuk
menangkapnya. Pada malam ke-2, ternyata pencuri itu datang lagi dan AH
langsung menangkapnya, tapi kejadian malam pertama terulang dan AH
melaporkannya lagi kepada Rosullullah. Rosullullah mengatakan dan
memerintahkan hal yang sama. Pada malam ke-3 pencuri itu datang lagi,
dan AH bertekad tidak akan melepaskan pencuri itu lagi apapun alasannya.
Setelah ditangkap, AH mengatakan kalo kali ini pencuri itu tidak akan
dia lepaskan, dan pencuri pun siap untuk diserahkan kepada Rosullullah,
namun sebelumnya pencuri mengatakan satu hal pada AH yaitu menganjurkan
AH untuk membaca ayat kursi sebelum tidur agar tidak diganggu setan.
Mendengar nasihat dari pencuri itu akhirnya hati AH
luluh dan kemudian dilepaskannya dengan alasan apa yang
disampaikan pencuri adalah suatu kebaikan. Kejadian malam ke -3
ini dilaporkannya lagi kepada Rosullulloh dan beliau mengatakan bahwa
apa yang disampaikan oleh pencuri itu adalah benar, tapi "tahukah kamu,
siapa kah pencuri itu? dia adalah setan".
Cerita ini menggambarkan bahwa
setan juga memerintahkan kita suatu kebaikan agar kita melupakan
kebaikan yang lain yang lebih utama. Dan godaan dengan menyampaikan
pesan-pesan baik itu tentu ditujukan kepada orang yang baik juga,
sedangkan godaan dalam bentuk maksiat ditujukan untuk orang-orang yang
gemar berbuat maksiat.
Seorang sahabat Prof. Ali yang bernama Al-Mukarrom
Alaudin az-Zaktany yang kebetulan beliau adalah anggota Dewan Syariah
Republik Syiria bercerita kepada Prof. Ali bahwa ada seorang ulama
Syiria yang didatangi oleh seseorang dan menyampaikan bahwa dirinya
ingin berangkat haji untuk yang ke-2 kali nya.Ulama tersebut bertanya,
apakah disekitarnya tidak ada anak yatim yang membutuhkan
pertolongannya? orang tersebut mengatakan ada, lalu ulama tersebut
memerintahkan kepadanya untuk membatalkan haji nya dan menggunkan
uangnya untuk membantu anak-anak yatim itu seluruhnya. Pada tahun
berikutnya orang tersebut datang lagi dengan menyampaikan hal yang sama,
lalu ulama tersebut bertanya apakah disekitarnya tidak ada janda-janda
miskin yang membutuhkan pertolongannya? ketika dijawab ada, ulama
tersebut memerintahkan agar orang tersebut membatalkan hajinya dan
menggunakan uangnya untuk membantu janda-janda miskin tersebut
seluruhnya.
Pada tahun berikutnya orang tersebut datang lagi dan
menyampikan hal yang sama, lalu ulama tersebut bertanya apakah
disekitarnya semua warga sudah memiliki rumah? ketika dijawab tidak,
ulama tersebut memerintahkan untuk membatalkan haji nya dan menggunakan
uangnya untuk membantu membangun rumah bagi orang-orang yang belum
memiliki rumah.
Kalau saja semua Muslim bisa menjaga keseimbangan antara hablun min allah dan hablun min an-naas
maka mungkin tidak ada Muslim yang miskin, itulah makanya Zakat menjadi
salah satu Rukun Islam, ditambah dengan bentuk-bentuk sunnah yang lain
seperti infaq dan shodaqoh.
Prof. Ali sendiri prihatin
dengan fenomena ini sehingga beliau menulis buku yang berjudul "Haji
Pengabdi Setan".
http://www.goodreads.com/book/show/12984199-haji-pengabdi-setan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mau
mengeluarkan fatwa tentang fenomena haji berkali-kali ini, namun setelah
dilakukan penelitian ternyata Nahdhatul Ulama (NU) sudah pernah
mengeluarkan fatwa terkait hal ini pada tahun 1971, sehingga MUI
membatalkannya.
Di suatu wilayah di Indonesia (saya lupa
persisnya) ada yang antrian haji-nya hingga mencapai 13 tahun. ini akibat fenomena banyaknya Muslim yang haji
berulang, kenapa tidak kita berikan kesempatan pada yang
belum menunaikannya?
Apakah mayoritas Muslim di Indonesia sudah membuat Indonesia menjadi negara yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur?
3 November 2011,
Sequish Center Building lantai 9
Sudirman, Jakarta Selatan
*merupakan kutipan tidak langsung