Rabu, 07 Maret 2012

Haji Pengabdi Syetan


4 Oktober 2011,

Aku duduk bersimpuh berselimutkan mukena beralaskan karpet Turki yang empuk dan hangat. Kunikmati kemegahan bangunnanya, kebersihannya dan ku hirup sejuknya udara di dalam Rumah Allah ini, kurasakan ketenangan jiwa setelah keluar dari penatnya urusan dunia. Di sini aku ingin menempa jiwaku bersama para pembimbing spiritual yang mengagumkan bagiku. Aku ingin menjadi jiwa yang tenang, agar Tuhan memanggilku dengan mesra "Yaa ayyatuhannafshul muthmainnah, irji'ii ilaa robbiki roodhiyatan mardhiyyah, fad khulii fii "ibaadii, wad khulii jannatii".

Ku matikan hape ku agar tidak ada bunyi tuiingg....., blukutuk, plug-plug atau bahkan lagu. aku tidak ingin apapun menggangguku saat ini, apalagi urusan tadi siang yang telah menyita waktuku kurang lebih 9 jam sampai aku harus mencari celah-celah waktu saat panggilan Tuhanku datang. Sekarang saatnya aku hadapkan segenap jiwaku.

Prof. Ali Musthofa Ya'qub, seorang ulama besar ahli Hadist dan Imam Besar Masjid Istiqlal sedang menyampaikan ceramahnya.
*Sejak Haji diwajibkan, Rosululloh Muhammad Saw hanya haji 1x yang kemudian kita kenal dengan Haji Wada', dan umroh hanya  sebanyak 3x, padahal beliau punya banyak kesempatan untuk berkali-kali melakukan haji dan/atau umroh. Sementara kita? Rasanya kalau Allah memberikan rejeki maunya berangkat haji setiap tahun dan umroh setiap bulan. 

Obsesi kita untuk pergi haji dan umroh terkadang sering melupakan ibadah sosial kita. Kita lupa bahwa disekeliling kita masih banyak yang tidak mampu yang membutuhkan pertolongan, ada orang-orang tua yang lapar tidak sanggup lagi berkarya sementara anak mereka entah kemana, anak-anak yatim yang butuh makan, yang tidak mampu membayar biaya pendidikan, masih banyak saudara yang tinggal di tempat yang tidak layak, semua butuh pertolongan.

Ada yang perlu kita tahu, bahwa setan menggoda manusia disesuaikan dengan objek yang digodanya. Setan bukan hanya menyuruh manusia untuk mencuri, berzina, korupsi atau kemaksiatan lain. Setidaknya hal ini pernah terjadi pada seorang sahabat Rosullullah yaitu Abu Hurairah ("AH").

*Pada suatu malam AH mendapati serorang pencuri mendatangi rumahnya, setelah ditangkap pencuri itu mengiba-iba agar dilepaskan dengan alasan dirinya mencuri karena terpaksa, belum makan dan sejumlah alasan lain. Kejadian ini beliau laporkan pada Rosulullah, dan Rosullullah mengatakan bahwa nanti malam pencuri itu pasti datang lagi, dan meminta AH untuk menangkapnya. Pada malam ke-2, ternyata pencuri itu datang lagi dan AH langsung menangkapnya, tapi kejadian malam pertama terulang dan AH melaporkannya lagi kepada Rosullullah. Rosullullah mengatakan dan memerintahkan hal yang sama. Pada malam ke-3 pencuri itu datang lagi, dan AH bertekad tidak akan melepaskan pencuri itu lagi apapun alasannya. Setelah ditangkap, AH mengatakan kalo kali ini pencuri itu tidak akan dia lepaskan, dan pencuri pun siap untuk diserahkan kepada Rosullullah, namun sebelumnya pencuri mengatakan satu hal pada AH yaitu menganjurkan AH untuk membaca ayat kursi sebelum tidur agar tidak diganggu setan. Mendengar nasihat dari pencuri itu akhirnya hati AH luluh dan kemudian dilepaskannya dengan alasan apa yang disampaikan pencuri adalah suatu kebaikan. Kejadian malam ke -3 ini dilaporkannya lagi kepada Rosullulloh dan beliau mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh pencuri itu adalah benar, tapi "tahukah kamu, siapa kah pencuri itu? dia adalah setan". 

Cerita ini menggambarkan bahwa setan juga memerintahkan kita suatu kebaikan agar kita melupakan kebaikan yang lain yang lebih utama. Dan godaan dengan menyampaikan pesan-pesan baik itu tentu ditujukan kepada orang yang baik juga, sedangkan godaan dalam bentuk maksiat ditujukan untuk orang-orang yang gemar berbuat maksiat.

Seorang sahabat Prof. Ali yang bernama Al-Mukarrom Alaudin az-Zaktany yang kebetulan beliau adalah anggota Dewan Syariah Republik Syiria bercerita kepada Prof. Ali bahwa ada seorang ulama Syiria yang didatangi oleh seseorang dan menyampaikan bahwa dirinya ingin berangkat haji untuk yang ke-2 kali nya.Ulama tersebut bertanya, apakah disekitarnya tidak ada anak yatim yang membutuhkan pertolongannya? orang tersebut mengatakan ada, lalu ulama tersebut memerintahkan kepadanya untuk membatalkan haji nya dan menggunkan uangnya untuk membantu anak-anak yatim itu seluruhnya. Pada tahun berikutnya orang tersebut datang lagi dengan menyampaikan hal yang sama, lalu ulama tersebut bertanya apakah disekitarnya tidak ada janda-janda miskin yang membutuhkan pertolongannya? ketika dijawab ada, ulama tersebut memerintahkan agar orang tersebut membatalkan hajinya dan menggunakan uangnya untuk membantu janda-janda miskin tersebut seluruhnya. 
Pada tahun berikutnya orang tersebut datang lagi dan menyampikan hal yang sama, lalu ulama tersebut bertanya apakah disekitarnya semua warga sudah memiliki rumah? ketika dijawab tidak, ulama tersebut memerintahkan untuk membatalkan haji nya dan menggunakan uangnya untuk membantu membangun rumah bagi orang-orang yang belum memiliki rumah.

Kalau saja semua Muslim bisa menjaga keseimbangan antara hablun min allah dan hablun min an-naas maka mungkin tidak ada Muslim yang miskin, itulah makanya Zakat menjadi salah satu Rukun Islam, ditambah dengan bentuk-bentuk sunnah yang lain seperti infaq dan shodaqoh.

Prof. Ali sendiri prihatin dengan fenomena ini sehingga beliau menulis buku yang berjudul "Haji Pengabdi Setan".
http://www.goodreads.com/book/show/12984199-haji-pengabdi-setan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mau mengeluarkan fatwa tentang fenomena haji berkali-kali ini, namun setelah dilakukan penelitian ternyata Nahdhatul Ulama (NU) sudah pernah mengeluarkan fatwa terkait hal ini pada tahun 1971, sehingga MUI membatalkannya.

Di suatu wilayah di Indonesia (saya lupa persisnya) ada yang antrian haji-nya hingga mencapai 13 tahun. ini akibat fenomena banyaknya Muslim yang haji berulang, kenapa tidak kita berikan kesempatan pada yang belum menunaikannya?
Apakah mayoritas Muslim di Indonesia sudah membuat Indonesia menjadi negara yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur?

3 November 2011,
Sequish Center Building lantai 9
Sudirman, Jakarta Selatan

*merupakan kutipan tidak langsung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar