Seorang pemuda kaya raya berasal dari Bagdad
merupakan seorang yang gemar dan haus akan ilmu. Suatu hari dia ingin
melanjutkan pendidikannya ke Istambul Turki. Banyak yang
menyarankan agar dia menikah terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendidikannya agar ada seseorang yang menjaga hartanya. Dia pun menikah dengan seorang gadis, dan beberapa hari kemudian
meninggalkan istrinya di rumah beserta hartanya untuk pergi ke Istambul. Konon pada waktu itu, belajar ke luar negeri bukan
hanya butuh waktu 1,2 atau 3 tahun, namun 10 bahkan 20 tahun.
20
tahun kemudian, ketika dia telah merasa cukup dengan ilmunya memutuskan
untuk pulang kembali ke Bagdad. Demi menempuh perjalanan panjang dan
berhari-hari dari Bagdad ke Istambul, dia mempersiapkan perbekalan berupa makanan dan tidak lupa persenjataan
sebagai perlindungan diri. Di zamannya dengan media komunikasi yang masih terbatas, dia melakukan perjalanan pulang tanpa memberitahukan isterinya. Di tengah perjalanan,
satu hari sebelum dia sampai ke rumah, dia bermalam di rumah seorang
kakek tua dan menyempatkan diri untuk memberi ceramah agama kepada
penduduk setempat. Ternyata penduduk sangat antusias dengan kedatangan
dan ceramah yang diberikan oleh nya.
Agar dia bersedia menunda perjalanannya untuk beberapa hari, sang kakek mengajukan pertanyaan kepadanya tentang apakah sumber kebahagiaan itu? Dia pun tidak dapat menjawab, lalu sang kakek memintanya untuk tinggal seminggu lagi dan setelah itu sang kakek akan memberitahukan tentang sumber kesabaran itu.
Nasrudin
berpikir panjang, tentu hal ini sangat berat baginya karena 20
tahun dia telah meningglkan isterinya sementara perjalanan untuk menemui isterinya tinggal satu hari lagi. Namun
karena keingin tahuannya dan rasa terima kasihnya kepada sang kakek dia
bersedia untuk tinggal satu minggu lagi. Setelah satu minggu, sang
kakek pun memberitahukan bahwa sumber kebahagiaan adalah SABAR (satu kata
yang sering dan sudah biasa dia dengar), namun tanpa disadari dia bahkan telah
menjalankan pesan sabar itu.
Dia melanjutkan
perjalanannya dan sampai di depan rumahnya pada waktu tengah malam. Namun apa yang dia dengar dari depan rumah sungguh mengiris hatinya, dia mendengar
isterinya sedang bercanda dengan seorang pemuda. dia pun naik pitam
dan hampir saja menghunus pedangnya untuk membunuh pemuda itu. Namun
pesan sang kakek tentang kesabaran terngiang di telinganya, wajah
sang kakek membayang dihadapannya. Pemuda itu membatalkan niatnya dan
memutuskan untuk berhenti di sebuah warung kecil dekat rumahnya.
Pemuda itu berbicara dengan seorang ibu penjaga warung.
Dalam perbincangannya dia bertanya tentang siapakah yang sekarang mengasuh dan menghidupkan masjid yang berada di kampunya. Penjaga warung pun bercerita bahwa 20 tahun yang lalu ada seorang pemuda yang mengasuh masjid itu, namun sekarang dia berada di Istambul untuk melanjutkan pendidikannya. Pemuda itu meninggalkam isterinya yang baru beberapa hari saja dinikahinya. Tanpa diketahuinya, isterinya mengandung seorang anak laki-laki dari hasil pernikahan itu. Anak itulah yang sekarang mengasuh masjid ini, dia sudah menjadi ulama besar.
Pemuda itu menangis terharu mendengar jawaban penjaga warung. Waktu shubuh
tiba, pemuda itu mengikuti sholat berjamaah shubuh di masjid itu dimana anaknya yang bertindak sebagai Imam.
Pesan sabar dari sang kakek telah menyelamatkan keluarganya.
6 Maret 2012Pesan sabar dari sang kakek telah menyelamatkan keluarganya.
Sequis Center Lt. 9
Sudirman Jakarta Selatan
Quoted from DR. Ibdalsyah @Rumah ke-Agungan Tuhan
*Kutipan tidak langsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar