Pagi ini dia kembali bertanya "kapan?". Dengan ekspresi ceria sekedar
untuk menunjukkan klo aku menjalani semua dengan baik-baik saja,
aku jawab klo aku sendiri belum tahu. Dia kembali bertanya apa pesannya
sudah disampaikan, sekaligus memintaku untuk siap menghadapi segala
kemungkinan. Dalam hati aku menjawab "Baik lah..., ga usah hawatirkan aku
soal ini", toh aku sudah pernah menghadapinya, tentunya lebih
berat. Aku terus meyakinkannya bahwa apapun yang terjadi adalah atas skenario-Nya.
Di suatu malam, dalam sujudku yang panjang
yang aku niatkan untuk merayu Tuhanku agar mengabulkan hajatku........, justru aku tidak sanggup membuka mulutku yang basah dengan tetesan air mata. Bagaimana bisa aku mau merayu-Nya? sedangkan permohonan ampunan-ku pun belum
cukup dan mungkin juga belum diterima, apalagi syukur ku...., sejagad rahmat DIA belum pernah aku syukuri.
Kuberanikan diri untuk berbicara kepada-Nya,
Tuhan......, terima kasih KAU telah mengangkatku dari penghiatanku kepadanya
Terima
kasih kau telah memaksaku untuk kembali kepada-Mu, meskipun dengan
mengeringkan air mataku, ternyata KAU lebih tahu kalau aku tidak mampu
bertanggung jawab atas pilihanku saat itu.
Ternyata hanya itu yang berani aku katakan kepada-Nya. Aku tidak sanggup meminta apa yang menjadi keinginanku saat ini, aku hanya mampu berkali-kali meminta ampun.
Yaaahhh...... biarlah begini....... Bukankah Nabi Yunus ketika tertelan ikan bukan berdoa kepada Tuhan untuk dikeluarkan, tapi beliau justru mengucapkan "laa ilaaha illa anta shubhanaka inni kuntu min adh-dholimiin". Bukankah ibunda Siti Hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim di padang pasir yang tandus bersama Ismail yang terus menangis karena lapar dan haus bukan rejeki yang beliau minta dari Tuhan, tapi beliau justru meminta ampun "Robbii ighfir....., warham..., wa'fu..."
Ternyata hanya itu yang berani aku katakan kepada-Nya. Aku tidak sanggup meminta apa yang menjadi keinginanku saat ini, aku hanya mampu berkali-kali meminta ampun.
Yaaahhh...... biarlah begini....... Bukankah Nabi Yunus ketika tertelan ikan bukan berdoa kepada Tuhan untuk dikeluarkan, tapi beliau justru mengucapkan "laa ilaaha illa anta shubhanaka inni kuntu min adh-dholimiin". Bukankah ibunda Siti Hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim di padang pasir yang tandus bersama Ismail yang terus menangis karena lapar dan haus bukan rejeki yang beliau minta dari Tuhan, tapi beliau justru meminta ampun "Robbii ighfir....., warham..., wa'fu..."
Dan lag-lagi..... maaf aku belum mampu saat ini. Yakinlah bahwa tidak ada sesuatu yang terlambat atau terlalu cepat, semua datang tepat pada waktunya kalau kita menjadikan Tuhan sebagai pembimbing. Tapi kalau kau tidak
sabar......, mohon bantu aku meminta kepada-Nya.
Sequis Center Building Lt. 9
Sudirman, Jakarta Selatan
Sudirman, Jakarta Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar